PR terbaru saya mengajar babyAm adalah mengajarkan meniup, simpel ya? Iya simpel buat saya, buat babyAm rasanya tidak. Butuh berkali-kali instruksi dalam satu hari, berhari-hari dalam satu minggu, dan 3 bulan kemudian babyAm akhirnya bisa meniup. Itu juga tetap harus diulang setiap hari, kalau tidak dia lupa atau gak mau lagi. Gak cuma meniup yang begini: pakai topi, pakai celana panjang, duduk di toilet, instruksi-instruksi sederhana yang kalau saya ajarkan pada adiknya cukup sekali-dua kali langsung adeknya faham. Ya jelas, adiknya tidak punya masalah perkembangan, dan saya bersyukur karena bisa mendapat pengalaman punya anak-anak dengan kebutuhan yang berbeda: saya dapat pengalaman mengasuh yang berbeda, yang sangat amat berharga.
Berdasarkan pengalaman saya, mood ortu dan mood anak dalam proses belajar sangat mempengaruhi hasil yang di dapat. Some days are better than the others :’)
Kadang kalo saya lagi sabar, babyAm lagi fokus, seharian kami gak akan capek main bersama. Tapi itu kadang-kadang, yang sering ya babyAm kurang motivasi meski saya sabar, atau babyAm lagi fokus tapi saya lagi PMS: gak ketemu mood nya, belajar jadi gak optimal. Saya suka merenung: gimana ortu lain yang kebutuhan khusus anaknya lebih rumit? Gak terbayang oleh saya tingkat kesabaran yang mereka miliki untuk bertahan tetap mengasuh tanpa menyerah, selalu menggantung harap bahwa: kamu akan baik-baik saja anakku, kamu pasti akan baik-baik saja…
Bagi ortu yang memiliki anak berkebutuhan khusus (ABK), yang memilih untuk menerima dan mengasihi bagaimanapun kondisinya, tidak ada pilihan kecuali sabar. Bagaimanapun hari itu berjalan, bagaimanapun kemajuan belajar yang didapat, tidak boleh ada kata bosan mendampingi anaknya. Seringkali frustrasi yang didapat:
aduh nak, cuma niup aja kok, gampang kok, kok gak bisa-bisa sih?
Rasanya mau marah, tapi ya anak juga belum tentu faham kalau ortunya marah. Kadang mah kalo anak tantrum, ortunya juga tantrum dalam hati :’) Sering terbersit, meski mungkin disangkal: kenapa ya Tuhan? Kenapa anakku yang begini?
Wahai temanku, yang sedang berjuang menambah sabar, berjuang tidak bosan mengulang-ulang instruksi sederhana, belajar tidak marah ketika anaknya gak mau duduk tenang, yakinlah perjuangan ini tidak akan sia-sia. Saya sebagai muslimah percaya, Allah Maha Melihat, Maha Memperhatikan, Maha Mengetahui apa yang saya dan babyAm butuhkan. Semua perjuangan ini pasti ada hikmahnya, meski sekarang tampak jalan di tempat, meski kemajuan yang ada tidak sesuai harapan. Ketika sedang patah semangat, saya mencoba menengok lagi kisah-kisah ortu yang ABK-nya sudah besar, ada yang bisa kuliah di universitas umum, ada yang jadi atlet, ada yang masuk universitas unggulan meski tak pernah mengenyam pendidikan secara formal, ada yang jadi penghafal Al-Quran, kisah-kisah mereka memotivasi saya. I know their struggle is real, perjuangannya hampir pasti melelahkan, tapi Allah tunjukkan bahwa tidak ada yang sia-sia. Ya, mungkin bukan sekarang..mungkin bukan sekarang, tapi nanti hikmah itu pasti tampak. Pun jika nampak hingga besar nanti “gak sembuh-sembuh”, jangan menyerah mengasuhnya hingga akhir hayat. Mungkin bukan sekarang, di dunia..tapi nanti, Allah akan balas perjuangan kita, pasti akan ada hikmahnya.
Percayalah..