بسم الله الرحمن الرحيم
.
Hendak menulis ini, saya tidak bisa berhenti memikirkan keluarga, kerabat, teman, dan kaum muslimin pada umumnya yang telah lebih dulu meninggal dunia…dan terkhususnya mereka yang meninggal karena wabah #covid19. Mereka yang telah memasuki tahun 1441 H, dan ternyata tidak sampai ke bulan suci ini. Mereka yang bertahan hingga 2020 masehi..yang sedikit lagi sampai ke bulan Ramadhan, namun Allah takdirkan usia terhenti karena wabah 💔
.
Telah banyak kajian dan nasihat yang mengingatkan bahwa Ramadhan kali ini akan berbeda, namun tetap saja rasanya seperti mimpi. Kata pak ustadz, tahun ini tidak ada masjid yg “hidup”, tidak ada pulang kampung, tidak ada itikaf, tidak ada salat ied :’) astagfirullah..
Siapa yang menyangka tahun lalu kita masih bisa bercanda tentang shaf tarawih yang selalu maju dan berkurang menjelang lebaran, tahun ini: satu shaf saja tidak boleh ada. astagfirullah..
Tahun lalu kita sibuk mencari jadwal mudik, cari yang paling dekat lebaran, supaya bisa lama di kampung halaman, tahun ini: berani mudik malah kena denda. astagfirullah..
.
Saya benar-benar dalam keadaan kesal: iri dengan mereka yang lebih dulu wafat….mereka tidak perlu melihat kacaunya dunia saat ini, mereka tidak sibuk mudik duluan karena di rantau tak ada lagi pemasukan, mereka tidak perlu galau dengan kelaparan dan kriminalitas yang meningkat.
Lalu saya teringat satu kajian.. bahwa ujian alam kubur lebih mengerikan :’)
Pun saya wafat sekarang dan tidak menyaksikan wabah covid-19 yang membuat warga dunia susah hati, tapi belum tentu saya sanggup melewati ujian setelah kematian :’D
Lebih-lebih saya belum lama taubat dan masih gemar menumpuk dosa, astagfirullah..

Jadi seharusnya, tidak ada opsi selain bersyukur. Bersyukur ketika senang, bersyukur ketika sedih. Bersyukur ketika sehat, bersyukur ketika sakit. Bersyukur ketika kaya, bersyukur ketika miskin. Bersyukur di masa jaya, bersyukur di masa wabah. Saya tidak akan katakan bersyukur dapat membuat hidup lebih mudah, tapi berdasarkan pengalaman..bersyukur membuat segalanya TERASA lebih mudah. Demikian pula dengan Ramadhan yang berbeda ini, dengan segala kepayahan yang nampak namun syukurilah umur yang masih Allah berikan untuk menjumpai bulan-Nya yang mulia. Dan semoga kegembiraan dan syukur kita akan kesempatan bertemu bulan suci, dapat membuat bulan puasa tahun ini terasa lebih mudah.
.
Meski mungkin harus di rumah sakit karena sibuk mengurusi pasien dan tidak mungkin pulang. Meski mungkin harus tetap di kamar isolasi, jauh dari keluarga. Meski mungkin puasa dalam kebingungan untuk sahur & berbuka pakai apa karena bayang-bayang PHK yang mengancam. Yakinlah teman, Allah Maha Melihat dan Allah Maha Baik. Dan kebaikan Allah berlipat ganda di bulan Ramadhan, inilah kesempatan emas bagi kita untuk berdoa, meminta, dan bergantung harap hanya kepada-Nya. Di atas segalanya, Allah Maha Menjaga..dan tidak pernah abai terhadap seluruh hamba-Nya. Mari tetap semangat beribadah dan bertekad mensyukuri bulan Ramadhan ini.
.
Maka, dari hati terdalam oh wahai ibu, bapak, kakak, adik, paman, bibi, om, tante, mbak & mas..saya ucapkan: SELAMAT, KARENA MASIH SELAMAT BADAN DAN HATI ini untuk menunaikan ibadah puasa 🌺
.
Semangat (“.)9
.
#ramadanmubarak