
Wah sudah bulan April lagi. Sudah tau belum 2 April itu ditetapkan oleh PBB sebagai Hari Kepedulian Autisma Dunia, bahasa londonya World Autism Awareness Day. Saya mau kutip dulu unggahan Bu Rury Soeriawinata, “Buat saya pribadi bulan ini ya biasa-biasa saja, wong saya menghadapi anak saya yang autis tidak hanya satu bulan tapi sepanjang hari sepanjang tahun.”
Percis, itu juga yang saya rasakan. Namun (seperti pada foto kedua post ini) sebagai ortu anak autis, saya juga senang jika bulan ini menjadi sarana edukasi bagi masyarakat secara umum mengenai spektrum autisma ๐
Sesuai dengan taglinenya @rumahautis yang saya suka banget: #kitapedulimerekamandiri #kitapercayamerekaberdaya.

Nah, berhubung sebentar lagi masuk bulan Ramadan, kali ini saya ingin berbagi cerita mengajarkan Bang Am berpuasa. Pertama kali kami ajarkan Bang Am berpuasa itu tahun lalu. Bulan Ramadan yang lalu usianya hampir 7 tahun, dan kenapa diajarkan puasa kemarin itu lebih karena ikut kurikulum dari TK-nya. Kadang-kadang sebagai ibu saya masih suka tidak PD mengajarkan sesuatu yang baru ke Bang Am karena merasa anaknya belum bisa (dan ini gak cuma dialami ortu ABK, anak-anak tipikal pun sering dianggap gak bisa duluan, maafkan Ibu ya nak-anak :’] )
Demikian juga mengajarkan kurikulum diniyyah, berkaitan keagamaan dan ibadah, saya terjebak di pola pikir “ah nanti aja, dia belum ngerti”. Padahal mah, kenalin ya kenalin aja. Mungkin gak dengan cerita konsep surga-neraka, atau pahala-dosa, tapi ya mulai saja ajak ibadah bersama-sama. Dan pelajaran yang saya ambil tahun lalu, ternyata Bang Am puasa mah hayuk aja, kuat aja (ya memang baru yang setengah hari juga, tapi kan laparnya dari sahur ya? hehe), gak rewel dan malah lebih sabar menanti berbuka daripada adik-adiknya yang tipikal hehe.
Karena saya punya anak yang tipikal juga, memang pendekatan mengajarnya juga berbeda. Kalau adiknya bisa kita berikan motivasi tentang pahala, bercerita tentang keutamaan puasa dsb, kalau ke Bang Am ya lebih simpel. Saya cuma katakan, “Ini bulan puasa ya Bang, gak boleh makan & minum sebelum azan. Nanti ikut sahur ya Bang, kita bangun pagi-pagi kita makan sama-sama.”
Sudah begitu saja, lebih ke instruksi dan kita ajak puasa bersama-sama. Gak dijelasin tentang pahala, keutamaan dan lain-lain, karena masih abstrak ya dan saya juga bingung jelasinnya gimana ๐
Puasa tahun lalu kan baru mulai pandemi, jadi sekolahnya online. Bang Am tetap dapat pengenalan konsep puasa dari Zoom kelas, karena gurunya menjelaskan untuk semua anak murid yang lebih banyak murid tipikalnya. Apakah Bang Am memahami cerita dari Ibu Guru tentang puasa? Wallahua’lam, namun harapan saya ada deh dikit-dikit nyangkut di memorinya. Dan sekali lagi, kalau untuk praktek puasanya ya prinsipnya kita ajak saja, pokoknya diajak saja puasa bareng-bareng sekeluarga.
Yang kedua perlu diperhatikan, kita sterilkan rumah dari makanan, minuman, piring & gelas, hehe. ‘Sterilkan’ dalam arti ya kita sembunyikan dari pandangan, jangan beri celah anak meminta makan/minum, juga jangan sampai kelihatan benda yang membuat mereka ingin makan. Anak saya kan ada 3, nah yang bayi kalau lapar ya disusui saja waktu itu. Kalau yang bayi gak ikut sahur, ya kasih sarapannya ngumpet dari abang-kakak. Waktu kasih sarapan si bungsu, saya berikan anak yang lain aktivitas mewarnai kah, kerjain prakarya sekolah kah, kasih mainan, ya kegiatan untuk mengalihkan perhatian. Sing penting ya cari selahnya aja buun, dan ini bisa disesuaikan sama kondisi di rumah masing-masing ya.
Apakah anak-anak konsisten latihan puasa? Anak-anaknya mah jangan ditanya ๐ Emaknya dong yang ditanya, ngajarinnya konsisten? Tentu tidak ๐คญ Ada kecolongan kasih snack? Pernah. Pernah segan bangunin sahur? Pernah banget. Tapi kita gak bikin anak down ketika puasa hari itu kurang lancar. Caranya dengan bantuan token ekonomi berupa stiker bintang-bintang (foto ketiga) yang dikadoin oleh seorang temanku yang baik (semoga Allah menjaganya).

Bang Am apa sudah mengerti? Saya tidak mengerti apakah dia mengerti atau tidak ๐ #puyenggaklo? Haha, bercanda. Belum, tahun lalu belum. Jadi waktu adiknya girang dapat bintang, ya dia ikut aja nempel stiker tanpa ngerti maknanya apa. Tahun ini Bang Am sudah dikenalkan token ekonomi pada sesi terapi ABA online, jadi semoga lebih bermakna untuk latihan puasanya tahun ini, aamiin ๐คฒ
Last, but not least, meskipun tadi saya bilang ngajarin puasa karena ikut kurikulum dari sekolah, tetap ketika praktek setiap hari di rumah..TIDAK BOLEH LUPA LURUSKAN NIAT. Innamal a’malu binniyyat (amal perbuatan itu tergantung dari niatnya), hadis ini mahsyur banget ya, dan jangan sampai lupa diamalkan. Jangan lupa bismillaah, niatkan mengajarkan puasa bagi anak sebagai ibadah, bentuk pertanggungjawaban terhadap titipan Allah. Berkebutuhan khusus atau tidak, orangtua tetap harus memperhatikan agama anak ya Bapak-Ibu. Lepas dari nanti anaknya bisa langsung paham atau butuh waktu lebih lama, sebaiknya tetap sejak dini diajak beribadah bersama, tidak hanya puasa namun juga salat dan mengaji.
#menujuramadhan tahun ini, fokus saya masih ke anak-anak. Targetnya masih setengah hari, namun semoga tahun ini bisa konsisten selama 30 hari gak ada bocor snack & malas bangunin sahur. Aamiin!
Semangat, semangat, semangat (“,)9
#challengemenulisPM hari 6 #7harimenulisbersamaPM