
Dalam suatu kajian mengenai hari kiamat, saya penasaran dan bertanya demikian (lihat foto). Kata pertama dari jawaban Ustazah adalah “Tersenyumlah.” Kemudian Ustazah menjelaskan bahwa ortu ABK harus mendidik dengan penuh cinta.
Saya #autonangis ketika Ustazah bilang,
“Perbaiki sangkaan kepada Allah” :’)
Saya begitu mengkhawatirkan dan penasaran bagaimana kondisi Bang Am kelak di akhirat dan jadi berburuk sangka bahwa Bang Am akan terus butuh bantuan saya. Padahal tidak :’D
Padahal juga, selama ini Allah yang menjaga Bang Am. Selama ini saya tidak banyak andil mengajarkan ini & itu, Allah yang mudahkan Bang Am belajar. Saya merasa bersalah ketika Ustazah minta memperbaiki sangkaan kepada Allah.. karena ya, saya tanpa sadar sudah buruk sangka pada takdir Allah. Sesungguhnya saya harus lebih banyak bersyukur.
Kemudian Ustazah juga mengingatkan untuk tetap melakukan yang terbaik, serahkan hasilnya kepada Allah. Dan mengenai amal ibadah, salah satu syaratnya adalah mukallaf (berakal dan memahami ibadah). Jika hingga dewasa, individu autis tidak sampai pada syarat tersebut, maka tidak ada beban syariat terhadapnya. Namun, ortu tetap harus berusaha yg terbaik mengajarkan agama kepada anak.
Untuk literatur yang secara khusus membahas pendidikan anak autis dalam Islam, belum Ustazah ketahui. Sebagai penutup jawaban, Ustazah Ummu Ihsan mengingatkan kembali para ortu untuk bersyukur karena anak adalah karunia dari Allah bagi hamba-Nya. Allah memberikan anak kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan jika mendapatkan kesempatan menjadi ortu (bagaimanapun kondisi anak, berkebutuhan khusus maupun tidak) hendaknya menjaga amanah dengan baik agar mendapat surganya Allah.
Semoga Allah mudahkan, aamiin 🤲